5 Alasan Asma Sering Kambuh Saat Tidur, Ini Penyebabnya!
Pernah terbangun tengah malam karena sesak napas atau batuk terus-menerus? Itu bisa jadi tanda asma nokturnal. Kondisi ini sering lebih berat dibandingkan serangan di siang hari dan bisa membuat tidur terganggu. Penyebabnya beragam, mulai dari suhu kamar, debu, hingga perubahan hormon saat malam. Dengan memahami pemicunya, Anda bisa mencegah serangan datang kembali. Berikut adalah lima penyebab utama asma kambuh di malam hari yang harus diwaspadai:
1. Paparan Alergen dan Iritan di Kamar Tidur
Kamar tidur, tempat di mana kita menghabiskan waktu tidur yang lama, sering menjadi sarang pemicu alergi (alergen) asma. Pemicu utama yang paling umum adalah tungau debu yang hidup di kasur, bantal, dan selimut. Selain itu, bulu atau kotoran hewan peliharaan (jika hewan diizinkan masuk kamar), jamur, dan serbuk sari yang terbawa masuk melalui jendela juga dapat mengiritasi saluran pernapasan saat Anda berbaring. Paparan alergen ini memicu peradangan di saluran udara, yang akhirnya menyebabkan penyempitan dan serangan asma saat tidur.
2. Perubahan Ritme Sirkadian (Jam Biologis Tubuh)
Gejala asma cenderung memburuk pada malam hari karena adanya perubahan alami dalam ritme sirkadian atau jam biologis 24 jam tubuh. Selama tidur, beberapa hormon mengalami perubahan. Produksi hormon anti-inflamasi alami seperti kortisol akan menurun, sementara kadar hormon yang dapat mempersempit saluran napas (misalnya histamin) dapat meningkat. Penurunan fungsi paru-paru juga terjadi secara alami pada dini hari, sehingga gabungan faktor biologis ini membuat saluran udara lebih rentan terhadap pemicu dan serangan asma.
3. Refluks Asam Lambung (GERD)

Banyak penderita asma juga memiliki kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit asam lambung. Ketika Anda berbaring datar saat tidur, asam lambung berisiko naik kembali (refluks) ke kerongkongan. Meskipun terkadang tidak disadari, asam ini dapat mengiritasi ujung saraf di kerongkongan. Iritasi tersebut kemudian memicu refleks penyempitan saluran udara (bronkospasme) yang berakhir dengan gejala asma, seperti batuk dan sesak napas. Posisi tidur telentang dan konsumsi makanan pemicu GERD sebelum tidur sangat meningkatkan risiko ini.
4. Perubahan Suhu Udara dan Kelembapan
Suhu udara pada malam hari cenderung menurun, menjadi lebih dingin daripada di siang hari. Udara dingin dan kering dapat mengiritasi dan mengeringkan saluran udara sensitif pada penderita asma, memicu bronkospasme. Selain itu, kelembapan yang terlalu rendah (akibat penggunaan AC berlebihan) atau terlalu tinggi (memicu pertumbuhan jamur) di kamar juga dapat memperburuk gejala. Perubahan suhu yang tiba-tiba, seperti berjalan ke ruangan ber-AC setelah beraktivitas di luar, juga bisa memicu reaksi di malam hari.
5. Posisi Tidur dan Penumpukan Lendir
Posisi tidur juga memainkan peran penting. Tidur telentang dapat menyebabkan lendir atau dahak (terutama jika Anda sedang pilek atau mengalami post-nasal drip) menetes ke belakang tenggorokan, memicu batuk dan iritasi yang memperburuk asma. Selain itu, posisi datar saat tidur juga memungkinkan penumpukan darah di paru-paru, yang dapat memperparah peradangan dan pembengkakan saluran napas, sehingga membuat pernapasan menjadi lebih sulit.